[coretan pikiranku] Angin Malam di Bandung #2

Lanjutan cerita: 
part1, WHAT THE......?!!

part 2, Kepribadian Ganda.

Wuhuuuu!! Satu gayung mandi pertama sudah membuatku ingin menyudahi mandi. Pernah mencelupkan tanganmu kedalam ember yang terisi penuh dengan air es? Kurang lebih seperti itulah dingin airnya. Dengan segenap tekad dan harapan melihat matahari terbenam hari ini, aku lanjutkan mandi sebersih mungkin daripada pertama-kali datang ke sekolah baru sambil menyebarkan pheromone pemikat kingkong hutan.

Ini hari pertamaku mulai masuk sekolah yang baru di tingkat SMK dan program MOS-masa kejayaan kakak kelas unjuk ketek ama murid baru-yang berlangsung selama tujuh hari ke depan. Aku bersiap berangkat dengan membawa perlengkapan yang kupunya yang diumumkan kemarin. Agak kikuk rasanya, hidup di kota lain untuk pertama kalinya dan bertahan kurang lebih untuk tiga tahun ke depan.

Setelah cukup rapi berdandan, kugantungkan sebelah kanan tali tas punggungku. kebetulan waktunya bersamaan dengan adik sepupu yang akan berangkat ke sekolah juga. kami berboncengan dengan sepeda motornya hingga depan gang dimana ada jalan utama dan angkot-angkot biasa ngetem di sana. "Makasih Gung! Pulang sekolahku nanti tolong jemput ya.." ujarku sambil turun di trotoar tepi jalan. Tiba-tiba dia langsung menyodorkan dua-ribu lima-ratus rupiah padaku, "maaf aku gabisa jemput, mas. Ada kegiatan organisasi di sekolahan ampe sore banget baru selese keknya. Nih pake duitku buat ngangkot". "Ga perlu, Gung. Gapapa kalo gabisa mah. Aku masi ada duit kok, makasih. Sono gih, tar kamu telat masuknya". Aku melihatnya berlalu.

------------------------------------------------------

Upacara penyambutan murid baru dari Kepala Sekolah sekolahan ini sedang berlangsung. Ada hal yang memecah fokus perhatianku, kulitku terpanggang serasa di bawah terik matahari di siang hari yang cerah! Padahal masih jam delapan. Kuperhatikan sekilas anak-anak murid baru lainnya sibuk dengan urusannya masing-masing; ada yang curi-curi kesempatan ngobrol dengan teman belakang atau di sampingnya, ada yang berdiri tegap dengan pandangan lurus ke depan seperti prajurit penjaga istana perancis-tapi dia tidak membawa bayonet seperti mereka, ada pula yang seperti tadi yang disebutkan tapi yang ini sesekali menggoyangkan kaki-gelisah karena kepanasan juga, mungkin- dan masih banyak lagi kegiatan anak lainnya yang semakin lelah aku perhatikan.

"Demikian apa yang bisa saya sampaikan. Sekali lagi selamat untuk murid-murid baruku telah diterima di SMK ini. Semangat belajar! Saya berdoa semoga kalian mendapat banyak ilmu setelah lulus dari sini nanti. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.", beliau memberi salam penutup kemudian menutup buku yang dibacanya dari awal sesi penyambutan tadi. Karena beliau menyalami dengan salam cara islam, ada beberapa peserta yang melepas posisi istirahat-di-tempat sesaat untuk menjawab salamnya. Beliau berbalik dan turun dari podium. Ah leganya. Sepertinya acara berpanas-ria ini akan segera berakhir.

Ada salah satu kakak kelas pembina MOS berjalan meraih mic yang digunakan kepala sekolah tadi dan berdiri di tengah depan barisan murid-murid baru, tak jauh dari podium berada dan bertanya halus kepada kami, "Adakah adek-adek peserta upacara ini yang fisiknya lemah atau memang sedang sakit?". Aku dan anak-anak peserta upacara lainnya diam, tak ada yang menjawabnya. "Kakak tanya, dek. Adakah di antara kalian yang fisiknya lemah atau memang sedang sakit??", dia mengulangi pertanyaannya sedikit lebih keras sambil menyebarkan pandangannya ke seluruh peserta upacara, lagi dan lagi. "KAKAK TANYA PADA KALIAN SEMUA, DEK!! ADA GA, HAH??!", sepertinya dia marah karena tak satupun dari kami yang menjawabnya. "Gak ada, kak!", ada satu-dua anak entah dari barisan mana yang memberikan jawaban.

"WOIIII DEK! KAKAK YANG DI DEPAN SEDANG TANYA. APA KALIAN GAK BISA JAWAB, DEKK??!", oke. Sepertinya ada kakak pembina MOS lainnya yang ikut tersinggung. Kupingku sedikit sakit. Dia berteriak dari samping kanan-belakangku!

Setiap upacara aku selalu berdiri di deretan kedua-pojok kanan-belakang karena menyenangkan, bisa melihat hampir semua kegiatan yang dilakukan peserta upacara lainnya dari sini. Tapi sepertinya tidak untuk kali ini. "GAK ADA, KAK!!", entah anak-anak dari barisan mana suara itu berasal. Kali ini jawabannya lebih banyak dan lebih keras dari yang terakhir terdengar. Kurasa mereka cukup pintar mengerti arti diam kami.
Tapi kakak-kakak yang tersinggung ini sepertinya ingin meminta lebih.


*being progress*

Tidak ada komentar: